Konsep dompet dalam ekosistem Web3 telah menjadi elemen kunci, tetapi berbagai kendala telah menghambat adopsi massal teknologi ini. Dalam menghadapi kurva pembelajaran yang curam dan risiko kesalahan yang tinggi, perkembangan solusi baru menjadi semakin mendesak.
Permasalahan utama muncul dari pemilihan dompet kustodian atau self-custodi. Dompet kustodian dikendalikan oleh pihak ketiga terpusat, mengorbankan sebagian fungsi dan kontrol pengguna.
Di sisi lain, dompet self-custodi memungkinkan pengguna berada dalam kendali, namun kompleksitas pengaturan dan operasionalitasnya seringkali membingungkan. Pengguna diharuskan mengingat frase awal 12 atau 24 kata untuk menghindari risiko kehilangan akses.
Namun, arah menuju adopsi massal Web3 mengemuka melalui gagasan “dompet kontrak pintar,” sebuah inovasi yang disorot oleh Ben Turtel dari Kazm.
Dalam pandangannya, dompet kontrak pintar berfungsi sebagai fondasi Web3 yang lebih kokoh, menghindarkan kendala kustodian maupun self-custodi.
Baca Juga :Perdana Menteri Jepang Mengatakan Web3 Dapat Mengubah Internet
Dompet kontrak pintar menawarkan sejumlah keuntungan berarti. Mereka dapat menyederhanakan dan mengotomatiskan transaksi di seluruh aplikasi terdesentralisasi (dApps), memungkinkan akses lebih mudah bagi berbagai kalangan pengguna.
Melalui alat pemulihan kunci pribadi yang disediakan, perangkat ini juga mengatasi tantangan onboarding Web3. Dengan pendekatan ini, pengguna tidak akan lagi melihat dompet sebagai hambatan dalam merangkul Web3.
Seiring ekosistem blockchain terus berkembang, konsep dompet kontrak pintar berpotensi menjadi tonggak dalam memfasilitasi interaksi sehari-hari dengan teknologi terdesentralisasi, mendorong adopsi yang lebih luas dan lebih mudah bagi pengguna dari berbagai latar belakang. [RH]