Beberapa ahli merasa skeptis terhadap kemampuan cryptocurrency dalam mengatasi krisis geopolitik pasca konflik Ukraina dan Rusia meledak. Sejak ketegangan antara kedua negara tersebut, pergerakan harga cryptocurrency mengalami guncangan yang sangat signifikan.
Pada 24 Februari lalu, Bitcoin (BTC) sebagai cryptocurrency teratas mengalami penurunan di bawah harga $35.000. Pada saat penulisan, aset tersebut telah meningkat dan diperdagangkan dengan harga $37.000. Koin lain termasuk Ethereum (ETH), Solana (SOL) dan Ripple (XRP) juga mengalami penurunan besar dalam beberapa hari terakhir.
Gabungan kapitalisasi pasar Bitcoin dan kripto saat ini hanya mencapai hampir separuh dari nilainya sejak mencapai puncak pada bulan November tahun lalu. Dalam beberapa hari terakhir, nilai sebesar $500 miliar telah hilang dari pasar aset kripto.
Terkait kondisi tersebut, Forbes memberikan peringatan bahwa volatilitas harga Bitcoin yang ekstrim pada saat harga emas mengalami peningkatan telah merusak narasi populer bahwa Bitcoin merupakan ‘emas digital.’ Bitcoin juga disebut sebagai aset safe-haven oleh para investor.
Baca juga Setelah Penurunan Tajam, Harga Bitcoin Kembali Naik Pasca Pemberian Sanksi AS terhadap Rusia
Menurut Alex Kuprsikevich, seorang analis keuangan FxPro, jika situasi di Ukraina meningkat maka Bitcoin mungkin akan mengalami penurunan di bawah harga $30.000. Hal ini karena para investor akan beralih ke aset yang lebih defensif. Terkait hal tersebut, para ahli mengkhawatirkan aksi jual massal yang akan terjadi di tengah kepanikan investor.
Doug Boneparth yang merupakan perencana keuangan dan pendiri Bone Fide Weatlh mengungkapkan bahwa terlepas dari kelas aset, terdapat sejumlah besar volatilitas yang datang pada kondisi tersebut. Hal tersebut akan membuat investor jauh lebih sulit untuk tetap berpegang pada strategi awal mereka.
Analis keuangan terkemuka lainnya memberikan peringatan bahwa peningkatan volatilitas ini tampak seperti kegagalan atau akhir dari cryptocurrency yang akan membuat pasar macet hingga tahun 2024. Sedangkan Du Jun selaku CEO Huobi mengatakan bahwa jika siklus konflik terus berlanjut, maka cryptocurrency berada pada tahap awal pasar bearish. Siklus tersebut akan berjalan hingga akhir tahun 2024 hingga awal 2025.
Perekonomian Rusia juga turut mengalami dampak signifikan melalui biaya perang dan sanksi berat yang diberikan oleh beberapa negara mitranya. Berdasarkan laporan, kerugian Rusia akibat perang tersebut mencapai $19 miliar per hari. Selain itu, Rusia juga dikeluarkan dari SWIFT yang merupakan jaringan internasional untuk pembayaran.