Dilansir dari The Block pada (24/8/2023), Badan Pemberantasan Narkoba (DEA) telah menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan aset yang disita dari sindikat kriminal.
Upaya mereka untuk memastikan bahwa aset-aset ini tidak jatuh ke tangan yang salah telah menghadirkan kejutan yang menyakitkan.
“Ini adalah satu lagi pengingat betapa pentingnya memverifikasi segala sesuatu dan memastikan transaksi ketika melibatkan sejumlah besar uang…” kata Penasihat Siber Global, Jake Moore.
Pada awal tahun ini, DEA mengalami kerugian sebesar lebih dari $50,000 karena terjebak dalam jaringan penipuan mata uang kripto yang merajalela.
Jumlah ini telah disita selama tiga tahun penyelidikan terhadap penggunaan mata uang digital dalam dugaan pencucian uang narkoba, seperti yang diungkap oleh Thomas Brewster dari Forbes.
Puncaknya, pada bulan Mei, DEA berhasil melakukan penyitaan besar-besaran, berhasil mengamankan hampir $500,000 dalam bentuk mata uang kripto tether (USDT).
Selama operasi tersebut, dua akun di Binance ditemukan sebagai saluran aliran dana ilegal yang terkait dengan kegiatan narkoba. Dokumen perintah penggeledahan yang diperoleh oleh Forbes memvalidasi temuan ini.
DEA dengan cermat memindahkan aset-aset ini ke rekening aman mereka dan menyimpannya dalam dompet perangkat keras Trezor yang terjaga ketat.
Baca Juga : Inovasi Robot, Bisa Manipulasi dan Punya Indera Perasa Menyerupai Manusia
Sayangnya, tanpa sepengetahuan mereka, seorang penipu ulung berhasil mencuri perhatian mereka dengan mengintai jejak mereka di blockchain.
Kehilangan ini tidak hanya menyoroti kerumitan penanganan aset digital oleh lembaga penegak hukum, tetapi juga perluasan taktik kejahatan siber yang semakin cerdik dalam ekosistem mata uang kripto.
DEA sedang melakukan investigasi lebih lanjut untuk mengidentifikasi pelaku penipuan ini dan mencegah kejadian serupa di masa depan. [RH]