Pada minggu kedua Oktober 2023, pasar kripto dan Bitcoin sedang mengalami gejolak tinggi. Harga Bitcoin (BTC) turun di bawah USD 27.000 atau sekitar Rp 424 juta akibat meningkatnya kekhawatiran tentang konflik antara Israel-Hamas.
Fyqieh Fachrur, seorang trader dari Tokocrypto, mengatakan bahwa harga Bitcoin dan kripto lainnya turun seiring dengan penurunan pasar saham global dan kenaikan harga minyak. Ini terjadi karena meningkatnya konflik di Timur Tengah. Fyqieh menambahkan bahwa meskipun konflik ini belum berdampak besar pada pasar kripto, jika situasinya semakin memburuk, maka harga dapat menjadi lebih sensitif.
Kekhawatiran utama di pasar global adalah potensi melebarnya konflik ke negara-negara produsen minyak terdekat, yang membuat investor tetap waspada. Namun, Fyqieh menyatakan bahwa masih ada harapan bagi Bitcoin, yang sebelumnya berhasil melewati goncangan geopolitik seperti dampak sanksi AS setelah invasi Rusia ke Ukraina pada awal 2023.
Fyqieh juga menyebut bahwa pasar kripto yang lebih besar telah menunjukkan ketahanannya dalam menghadapi peristiwa geopolitik. Menurutnya, dalam jangka panjang, aset kripto mungkin akan memainkan peran yang semakin penting dalam memberikan pilihan kepada investor selama masa gejolak geopolitik. Ini disebabkan oleh semakin matangnya ekosistem, kejelasan peraturan, dan pertumbuhan penggunaan institusional.
Baca Juga : Akankah Inovasi Kripto Bakal Tinggalkan AS?
Fyqieh menekankan bahwa meskipun pasar kripto terkenal dengan volatilitasnya, ia juga memiliki kecenderungan yang kuat untuk pulih dengan cepat setelah periode ketidakstabilan.
Salah satu alasan utama atas ketahanan aset kripto adalah strukturnya yang terdesentralisasi. Berbeda dengan aset tradisional yang terikat pada pemerintah atau lembaga tertentu, kripto beroperasi pada jaringan terdesentralisasi, menjadikannya kurang rentan terhadap dampak langsung dari peristiwa geopolitik.[DS]