Tahinis adalah rantai restoran berbasis bisnis keluarga dan bersama masakan khas Timur Tengah, pemilik restoran Tahinis akan menyaji saran berinvestasi dalam Bitcoin kepada pemilih usaha kecil di mana pun. Tahinis pertama kali berinvestasi dalam Bitcoin pada Agustus 2020 kini sudah mengekspansi bisnis mereka ke London, Ontario, Kanada.
Tahinis disebut sebagai bisnis restoran pertama di dunia yang meninvestasikan 100% tabungan usaha mereka ke dalam cryptocurrency. Aly dan Omar Hamam, kakak beradik sekaligus pendiri Tahinis, mengatakan bahwa eksposur Bitcoin menjadi kunci utama dalam membantu bisnis mereka menghadapi pandemi COVID-19 serta lonjakan harga bahan baku masakan yang diperlukan untuk restoran mereka.
Baca juga Penurunan Harga Bitcoin ke Posisi Terendah Enam Minggu Sejalan dengan Melemahnya Nilai Dolar AS
Aly Hamam bersama Business Insider menceritakan perjalanan Tahinis dan keluarganya menjalankan usaha di tengah pandemi, di samping menginvestasikan pendapatan mereka dalam Bitcoin. Aly Haman mengatakan, “nilai investasi kami saat ini sudah mencapai 460% dari nilai investasi awal kami di Agustus 2020, tetapi kami tidak berhenti di situ. “Kami akan terus menyapu kelebihan keuntungan ke dalam Bitcoin. Kami bahkan membeli harga tertinggi (harga Bitcoin per April 2021) dan terus membeli sampai ke titik akhir. Kami terus membeli dari bulan ke bulan dan usaha itu membuahkan hasil.”
Bitcoin pada Agustus 2020 kala itu bernilai di bawah $12.000. Menurut CoinMarketCap per 25 November 2021, nilai Bitcoin ada di titik $58.000 saat ini dan Bitcoin sempat mencapai rekor tertinggi di atas $69.000 pekan lalu.
Aly dan Omar Hamam mengikuti sebuah prinsip yang disebut “strategi standar Bitcoin” untuk menjalakan bisnis dan investasi mereka. Strategi itu beroperasi dalam mata uang fiat kemudian menginvestasikan semua keuntungan ke dalam Bitcoin, sebuah langkah yang menurut Aly Hamam mirip dengan prinsip MicroStrategy. Perusahaan MicroStrategy menggunakan kelebihan uang tunai untuk membeli Bitcoin sebagai penyimpanan nilai yang dapat diandalkan.
Tahinis menyimpan modal usaha dalam bentuk tunai selama beberapa bulan dan kemudian keuntungannya diinvestasikan ke Bitcoin. Hamam bersaudara tidak dapat mengungkapkan seberapa banyak Tahinis kini memegang Bitcoin sebagai aset mereka, tetapi mereka mengatakan penjualan di restorannya sekarang melebihi $8 juta selama setahun terakhir.
Hamam bersaudara mengungkapkan rencana mereka untuk meluaskan usaha mereka dengan mendirikan cabang Tahinis menjadi sembilan di tahun ini dan ada kemungkinan Tahinis akan memiliki 29 cabang di tahun 2022 nanti. Selain itu, Aly mengatakan Tahinis telah bekerja dengan sejumlah badan usaha kecil di seluruh dunia untuk menerapkan strategi standar Bitcoin.
Aly Hamam menyampaikan bahwa ia melihat mata uang dolar kini mengalami devaluasi sebagai masalah utama yang di hadapi orang-orang saat ini. Ia berargumen bahwa pihak bank sentral mengatakan inflasi dolar hanya mencapai 5%, tetapi pada kenyataan itu bergantung apa jumlah konsumsi masyarakat karena selama pandemi harga daging unggas, daging sapi, rempah-rempah, minyak serta barang impor naik hingga 110%. “Oleh karena itu, masuk akal untuk memasukkan uang kita ke Bitcoin dan itu akan melampaui tingkat inflasi yang kita saksikan pada dekade mendatang,” kata Aly Hamam.
Hamam bersaudara mengutarakan bahwa mereka peduli terhadap masalah devaluasi mata uang setelah melihat kekayaan dan tabungan orang tua mereka dirugikan karena penurunan 65% pound Mesir terhadap dolar AS antara 2012 dan 2017. Hamam bersaudara menceritakan bahwa pada 2011, mereka berada di Tahrir Square (berlokasi di Yemen, Mesir) selama pemberontakan Arab Spring yang menyebabkan penggulingan Presiden Hosni Mubarak. “Kami menghadapi polisi dan kami dilempar dengan gas air mata,” kata Aly Hamam.
Aly Hamam menceritakan bahwa satu tahun sejak kejadian di Yemen tersebut, keluarga Hamam memutuskan untuk bermigrasi ke Kadana dengan harapan dapat memulai kehidupan baru dan layak di negara tersebut. Keluarga Hamam sebelumnya memperoleh kewarganegaraan ganda melalui ayah mereka yang meraih gelar Ph.D. di Kanada dan kemudian bekerja sebagai profesor matematika di Arab Saudi. Sejak saat itu, keluarga Hamam membuka restoran Tahinis sebagai bisnis keluarga.
Tahinis telah memasang mesin Bitcoin di setiap restoran untuk mendorong karyawan dan pelanggan membeli cryptocurrency. Hamam bersaudara mengungkapkan bahwa para pelanggan tidak perlu membayar pesanan mereka dengan Bitcoin, mereka beralasan bahwa pajak jauh lebih mudah dioperasikan dalam mata uang fiat. Mesin Bitcoin di setiap cabang Tahinis hanya sebagai bentuk dorongan Hamam bersaudara kepada pelanggan ke ekposur cryptocurrency.
Bisnis Tahinis mulai pulih dari pandemi pada Mei 2020 setelah penjualan anjlok hingga 80% dan sempat melakukan PHK paksa. Hamam menceritakan bahwa menjalankan bisnis restoran cepat saji sangat terbantu berkat kehadiran Bitcoin. Selain itu, Omar Hamam selaku CEO Tahinis mengukapkan bahwa perusahaan mereka kini banyak orang mendaftar untuk waralaba setelah COVID-19 dibandingkan sebelum pandemi ini.
Omar Hamam menjelaskan, “Tahinis memiliki tim pemasaran yang bekerja setiap hari membuat konten seperti di Tiktok dan Instagram untuk membuat orang tertawa. Selain itu, kami sangat terbantu karena memiliki beberapa perusahaan pasokan kami sendiri. Kami benar-benar menangani bisnis ini dari setiap aspek.”