Headlines

Bitcoin (BTC) Menembus $40.000 Pasca Jatuhnya Sanksi dan Kemungkinan Yuan Menggeser Dolar AS

Illust : Bitcoin Menembus $40.000 Pasca Jatuhnya Sanksi dan Kemungkinan Yuan Menggeser Dolar AS

Bitcoin (BTC) melonjak lebih dari 10%, bahkan ketika Rusia meningkatkan intensitas perangnya melawan Ukraina. Kenaikan tersebut merupakan keuntungan terbesar dalam satu hari untuk Bitcoin (BTC) selama satu tahun. Di sisi lain, Ethereum mengalami kenaikan lebih dari 12%, dan mata uang kripto lainnya telah berada di zona hijau.

Pengamat konflik yang diprakarsai oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin, merasa khawatir jika Rusia akan mengerahkan pasukan dengan taktik yang lebih brutal dalam melawan Ukraina. Delegasi Rusia dan Ukraina menunda pembicaraan damai pertama mereka di perbatasan Belarusia tanpa resolusi untuk kembali melibatkan sanksi Eropa dan Amerika Serikat.

Sebelumnya, Wakil Perdana Menteri Ukraina dan Menteri Transformasi Digital, Mykhailo Federov, meminta seluruh bursa kripto untuk memblokir alamat pengguna Rusia. Eropa dan AS telah melarang bank Rusia, Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT) untuk beroperasi.

Baca juga Analisis Para Ahli terhadap Bitcoin dan Pasar Kripto Pasca Meledaknya Perang Rusia-Ukraina

Analis Oanda Americas, Edward Moya menulis dalam surel bahwa pada awal minggu ini, investor menunjukkan pergerakan untuk bersaing dengan jaringan SWIFT. Sehingga, Bitcoin (BTC) dan beberapa altcoin teratas lainnya mulai menguat pada saat penulisan. Saat ini, Bitcoin diperdagangkan dengan harga $43.000 yang merupakan level tertinggi sejak pertengahan bulan lalu. Dengan pola yang sama, Ethereum (ETH) saat ini diperdagangkan dengan harga $2.800.

Bank di seluruh dunia telah berkomitmen untuk membekukan Rusia dari SWIFT. Departemen Keuangan AS melarang entitasnya untuk berinteraksi dengan bank sentral Rusia. Selain itu, orang asing dilarang masuk ke pasar saham Moskow karena khawatir akan terjadi aksi jual rubel tanks Rusia.

Konflik semakin memanas, terlebih ketika sanksi tersebut dijatuhkan oleh negara Barat kepada Rusia. Hal ini menyebabkan munculnya narasi bahwa hegemoni dolar AS mulai bergeser dengan mata uang central bank digital currencies (CBDC) yang digunakan untuk memecahkan blokade sanksi.

Terkait kondisi tersebut, beberapa pengamat konflik memperkirakan munculnya petroyuan sebagai mata uang alternatif untuk transaksi minyak mentah. Hal ini berkaitan dengan transaksi Rusia dalam Renminbi untuk menghindari sanksi. Sayangnya, Yuan tidak dapat dikonversi secara bebas. Bank sentral China mempertahankan kontrol modal yang ketat atas mata uang yang membatasi transfer ke luar negeri sebesar $50.000 per tahun. Peningkatan keketatan tersebut terjadi pasca perang dagang oleh mantan Presiden Donald Trump yang membuat ekonomi China melemah.

Sumber: https://www.coindesk.com/markets/2022/02/28/first-mover-asia-the-petroyuan-is-no-russia-sanctions-buster-bitcoin-and-other-cryptos-soar-as-investors-see-opportunity/