Dalam upayanya untuk menangani kelangkaan air, Bitcoin memainkan peran penting dalam mempercepat pembangunan fasilitas desalinasi yang didukung oleh energi terbarukan.
Salah satunya adalah dalam menyerap kelebihan listrik dari sumber surya, yang merupakan salah satu dari dua bidang utama di mana penambangan Bitcoin berkontribusi untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Penelitian terbaru dari Cornell University, yang memverifikasi kemampuan penambangan Bitcoin dalam mendukung kinerja operator tenaga surya, telah menjadi landasan kuat. H
asilnya menunjukkan bahwa dengan meningkatnya aktivitas penambangan Bitcoin, operator tenaga surya menjadi lebih menguntungkan, memacu peningkatan dalam infrastruktur tenaga surya dengan laju yang lebih cepat.
Kecepatan dalam membangun kapasitas baru untuk energi surya menjadi konsekuensi langsung dari aktivitas penambangan Bitcoin. Hal ini mendorong United Arab Emirates (UEA) dalam transisi mereka menuju desalinasi yang menggunakan energi terbarukan.
Pendekatan ini memungkinkan UEA untuk mencapai tujuan ketahanan air tanpa mengorbankan target pengurangan emisi mereka.
Dengan mendorong pertumbuhan fasilitas tenaga surya, penambangan Bitcoin memainkan peran yang sangat konstruktif dalam menjembatani kesenjangan antara kebutuhan akan air bersih dan upaya global dalam mengurangi jejak karbon.
Inisiatif ini tidak hanya memberikan solusi jangka pendek terhadap kelangkaan air, tetapi juga menjadi langkah signifikan menuju sistem infrastruktur yang lebih berkelanjutan secara lingkungan.
Baca Juga : Penurunan Bitcoin Menjelang Data CPI AS, Peluang Buy The Dip!
Penggunaan energi yang dilakukan oleh penambangan Bitcoin ternyata memiliki dampak yang lebih luas daripada sekadar mengamankan transaksi kripto.
Kontribusinya dalam mendukung pertumbuhan infrastruktur energi terbarukan menandai langkah maju dalam menyokong keberlanjutan lingkungan, sambil tetap berfokus pada kebutuhan mendasar akan air bersih. [RH]