Mata uang digital bank sentral (Central Bank Digital Currency atau CBDC) kini tengah menjadi sorotan utama dalam diskusi akademis dan geopolitik, memicu perdebatan sengit di kalangan komunitas kripto dan mencuat ke dalam wacana publik.
Para pemimpin nasional dan lembaga keuangan supranasional seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) telah mencapai kesepakatan yang luas bahwa CBDC memiliki potensi manfaat yang besar.
Namun, masih ada sedikit penjelasan yang merinci di mana CBDC sebaiknya diimplementasikan secara optimal, dan di mana batas-batasnya.
Agar CBDC dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian global, penting bagi pemimpin global untuk memahami sepenuhnya kelebihan dan keterbatasannya.
CBDC memiliki potensi untuk membantu para gubernur bank sentral dalam menerapkan kontrol modal secara lebih efektif, merancang rencana stimulus, dan menerapkan berbagai kebijakan moneter saat mereka menerbitkan utang kepada bank-bank pada tingkat grosir.
Dalam kerangka ini, CBDC dapat menjadi alat yang sangat berguna bagi bank sentral dalam meredakan ketidakstabilan pasar, meminimalkan dampak resesi, dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Praktik ini menjadi krusial dalam mendukung stabilitas ekonomi, baik pada tingkat nasional maupun regional.
Baca Juga : MicroStrategy Borong Bitcoin Senilai Rp 2,3 Triliun
Namun, sebaliknya, implementasi CBDC pada tingkat ritel, dengan tujuan langsung melayani individu dan perusahaan, ternyata menjadi tantangan yang sangat kompleks dan sulit untuk dikelola oleh bank sentral.
Kendala teknis, infrastruktur yang dibutuhkan, serta masalah regulasi dan keamanan menjadi hambatan utama dalam mewujudkan visi ini.
Dengan demikian, meskipun CBDC menawarkan berbagai potensi manfaat yang signifikan, terutama dalam pengelolaan kebijakan moneter dan stabilisasi ekonomi, pemimpin-pemimpin global perlu dengan hati-hati mempertimbangkan di mana dan bagaimana CBDC sebaiknya diadopsi, memastikan bahwa implementasinya sejalan dengan kondisi dan kebutuhan ekonomi mereka. [RH]