Pada Senin (3/7/2023), Pemerintah China mengumumkan rencananya untuk mengontrol ekspor produk galium dan germanium yang secara luas digunakan dalam produksi semikonduktor untuk kecerdasan buatan (AI).
Langkah ini diambil oleh Kementerian Perdagangan China dan Administrasi Umum Kepabeanan untuk melindungi kepentingan keamanan nasional, sehingga ekspor produk galium dan germanium tertentu akan memerlukan lisensi yang diberikan oleh pemerintah.
Implementasi kontrol ini dijadwalkan akan dimulai pada (1/8/2023) mendatang, dan akan mencakup delapan jenis produk terkait gallium, yaitu gallium antimonide, gallium arsenide, gallium metal, gallium nitride, gallium oxide, gallium phosphide, gallium selenide, dan indium gallium arsenide.
Laporan tahun 2023 dari Komisi Eropa dan Asosiasi Eropa untuk Aliansi Bahan Baku Kritis, (CRMA) menyebutkan bahwa “pasokan global germanium masih sangat terkonsentrasi di Tiongkok.” CRMA juga melaporkan bahwa lebih dari 80% pasokan gallium di dunia berasal dari China.
Baca Juga :CEO Indodax: Investor Kripto Indonesia Aman dari Isu SEC
Adapun tujuan pemerintah China memberhentikan ekspor galium dan germanium untuk melindungi kepentingan keamanan nasional. Langkah ini diambil karena pasokan global germanium terkonsentrasi di China, sementara permintaan semikonduktor untuk AI meningkat pesat.
Perusahaan seperti Nvidia, yang merupakan pengembang utama semikonduktor dengan permintaan yang tinggi, telah mengalami peningkatan nilai chip mereka seiring dengan boomingnya industri kecerdasan buatan.
Cointelegraph telah mencoba menghubungi Nvidia untuk mendapatkan komentar mereka mengenai perkembangan terbaru di China, namun hingga saat ini belum menerima tanggapan dari perusahaan tersebut. [RH]