Beberapa investor melihat Bitcoin sebagai lindung nilai (hedge) terhadap inflasi. Sehingga, traders mungkin melihat deglobalisasi sebagai alasan baru untuk bertaruh pada cryptocurrency terbesar berdasarkan nilai pasar.
Apa Itu Degobalisasi?
Secara singkat, deglobalisasi merupakan sebuah proses berkurangnya saling ketergantungan dan integrasi antara unit-unit politik di seluruh dunia. Istilah ini seringkali digunakan untuk menyebut sebuah periode ketika perdagangan ekonomi dan investasi antarnegara mengalami penurunan.
Selama beberapa dekade terakhir, tren menuju globalisasi mengantarkan era pemerintah dan perusahaan yang mempromosikan perdagangan bebas dan pelepasan tenaga kerja yang lebih besar. Hal ini didukung oleh prinsip ekonomi keunggulan komparatif. Akibatnya, masyarakat menikmati biaya impor yang lebih rendah.
Baca juga Berbagai Manfaat Integrasi Bitcoin dalam Industri Bisnis
Baru-baru ini, tren tersebut mulai berubah dan mendorong beberapa pakar untuk memprediksi era baru, yakni deglobalisasi. Tren ini dimulai beberapa tahun lalu ketika perang dagang AS-China pecah, yang diperparah oleh pandemi COVID-19, dan perang Rusia – Ukraina. Hal ini menyebabkan terganggunya rantai pasokan global, terhentinya ekspor, serta terputusnya Rusia dari sistem pembayaran global yang didominasi dolar karena sanksi keuangan AS.
Apa Dampaknya Terhadap Bitcoin?
Beberapa analis mengatakan Bitcoin berfungsi sebagai lindung nilai inflasi, seperti emas. Sehingga, lingkungan ekonomi inflasi saat ini merupakan tempat pengujian aset. Di satu sisi, harga konsumen yang lebih tinggi dapat memperkuat daya tarik Bitcoin karena tetapnya pasokan utama mata uang kripto.
Investor lain berpendapat bahwa Bitcoin merupakan uang yang ‘kompleks’ dibanding dolar, karena Federal Reserve selalu dapat mencetak lebih banyak dolar. Di sisi lain, The Fed mungkin bergerak untuk menekan inflasi dengan memperketat kebijakan moneter yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, dan menekan harga saham. Akhir-akhir ini, Bitcoin memiliki korelasi yang ‘tidak biasa’ dengan nilai saham.
Garrick Hileman, peneliti teknologi blockchain di London School of Economics and Political Science mengatakan bahwa kinerja harga Bitcoin dalam lingkungan inflasi belum teruji. Ia menambahkan, “Bitcoin belum mencapai sejarah ribuan tahun layaknya emas. Ini merupakan pertama kalinya Bitcoin masuk ke dalam siklus inflasi yang luas.”
Sumber: Coindesk