Headlines

Di Afrika, Kripto Bantu Masyarakat Lawan Inflasi dan Korupsi

Di Afrika, Kripto Bantu Masyarakat Lawan Inflasi dan Korupsi

Melansir dari wawancara yang dilakukan oleh tim Cointelegraph kepada para eksekutif, teknologi blockchain ternyata sedang memecahkan masalah-masalah nyata di Afrika, seperti hiperinflasi dan korupsi di tengah tren spekulasi investor di Barat terhadap kripto. 

Selain itu, perkembangan kripto di Afrika begitu pesat karena memberikan kesempatan kepada banyak orang untuk melarikan diri dari kegagalan sistem keuangan tradisional dan bertransaksi dengan lebih bebas.

Chris Maurice, pendiri dan CEO Yellow Card, pertukaran kripto terbesar di Afrika, menjelaskan bahwa kripto di benua ini mengatasi masalah nyata dalam perbankan dan mata uang, bukan hanya sebagai permainan spekulasi seperti di Barat. Penggunaan kripto yang paling umum di Afrika adalah untuk pembayaran internasional, pengiriman uang kepada teman dan keluarga, serta sebagai bentuk penghematan dari inflasi.

Kevin Imani, pendiri dan CEO Sankore 2.0, afiliasi dari Layer-1 Near Protocol, mengungkapkan pandangannya bahwa pembayaran berbasis blockchain dapat berperan dalam melindungi hak asasi manusia. Imani menekankan bahwa di banyak negara berkembang, hiperinflasi dan korupsi membuat warga negara memiliki pilihan yang terbatas. Kripto menawarkan solusi bagi individu-individu ini dengan memberikan inklusi keuangan yang lebih besar dan kontrol atas uang mereka.

Menurut Statistica, tingkat inflasi di Afrika Sub-Sahara diperkirakan mencapai 14,5% pada tahun 2022, yang merupakan perubahan tahunan terbesar sejak resesi tahun 2008. Imani mengungkapkan bahwa kemampuan kripto untuk melawan mata uang nasional yang lemah dan korupsi serta meningkatkan inklusi keuangan membuat transaksi kripto antarindividu menjadi lebih mudah bagi banyak orang Afrika.

Baca Juga :Meski Menghindari Risiko, 31% Anak Muda Australia Memegang Crypto 

Okoye Kevin Chibuoyim, pendiri dan CEO platform pendidikan kripto GIDA yang berbasis di Nigeria, melihat kripto sebagai kesempatan hidup berikutnya bagi Afrika. Baginya, ini adalah kesempatan lain untuk menjadi bagian dari sesuatu yang besar, berbeda dengan revolusi internet pada tahun 2000-an di mana sebagian besar orang Afrika tidak terekspos seperti saat ini. Okoye juga menyoroti bahwa blockchain menawarkan transparansi yang sangat dibutuhkan di tengah pemerintahan yang tidak akuntabel dan tidak transparan di Afrika.

Pada bulan April, perusahaan pembayaran digital AS, Block, yang dipimpin oleh Jack Dorsey, bermitra dengan Yellow Card untuk memfasilitasi pembayaran lintas batas di Afrika dengan memanfaatkan infrastruktur Block. Setelah jumlah pengguna mata uang kripto meningkat sebesar 2.500% pada tahun 2021, wilayah ini mengalami peningkatan pendanaan modal ventura sebanyak 11 kali lipat pada tahun 2022.

Meskipun demikian, ada beberapa negara di Afrika yang melarang penggunaan kripto. Menurut Investopedia, kripto dilaporkan ilegal di negara-negara seperti Kamerun, Republik Afrika Tengah, Gabon, Guyana, Lesotho, Libya, dan Zimbabwe. Namun, Maurice menyebutkan bahwa Botswana memiliki peraturan yang paling jelas dan legal terkait kripto.

Dengan adopsi kripto yang semakin meningkat di Afrika, teknologi ini memiliki potensi besar untuk membantu masyarakat melawan inflasi dan korupsi serta memberikan inklusi keuangan yang lebih luas bagi banyak orang di benua itu. [VT]