Blockchain bukan hanya tentang Bitcoin atau cryptocurrency, ekosistem blockchain jauh lebih besar dari itu. Berbagai layanan dan produk inovatif seperti NFT, DeFi, GameFi, hingga metaverse membuat blockchain disebut sebagai teknologi revolusioner. Berbicara tentang blockchain, maka kita tidak bisa terlepas dari dua blockchain publik dengan ekosistem terpadat, yaitu Ethereum dan Solana. Dengan fitur dan keunggulannya masing-masing, kedua blockchain ini sering dibanding-bandingkan. Lalu, mana yang terbaik? Ethereum atau Solana? Untuk menemukan jawaban Anda, mari simak uraian berikut seputar perbandingan blockchain Ethereum dan Solana
1. Perbedaan Dasar Ethereum dan Solana
Sebagai kompetitor satu sama lain, Ethereum dan Solana memiliki sejumlah perbedaan mendasar berikut ini.
- Mekanisme Konsensus
Mekanisme konsensus adalah salah satu unsur terpenting dari blockchain, karena mempengaruhi cara transaksi diverifikasi dan cara jaringan diamankan.
Baca Juga : Manfaat Teknologi Blockchain dalam Sistem Keuangan
Ethereum masih menggunakan mekanisme konsensus Proof of Work (PoW) seperti Bitcoin, dimana jaringan diamankan oleh sejumlah miner (penambang) yang tersebar di seluruh dunia. Namun saat ini tim masih mengembangkan Ethereum 2.0 yang akan beralih ke mekanisme konsensus Proof of Stake (PoS)
Berbeda dengan Ethereum dan Bitcoin, Solana mengandalkan mekanisme konsensus Proof of History (PoH), yang melibatkan sejumlah langkah komputasi berurutan yang memutuskan kesenjangan waktu antara dua peristiwa dan memberikan stempel waktu pada transaksi. Mekanisme konsensus ini membuat Solana memproses transaksi lebih cepat dibanding Ethereum.
- Kecepatan Transaksi
Selama Ethereum 2.0 belum sepenuhnya direalisasikan, maka Solana jauh lebih unggul dalam hal kecepatan dibanding Ethereum. Kecepatan Solana adalah salah satu alasan terkuat investor memilih blockchain ini.
Ethereum hanya dapat memproses 30 transaksi per detik (TPS). Jauh lebih unggul, Solana dapat memproses 65.000 TPS. Waktu blok Ethereum juga lebih lamban dibanding Solana, dengan waktu 15 detik, sedangkan Solana hanya satu detik.
- Biaya Transaksi
Upgrade Ethereum 2.0 dilakukan untuk meningkatkan skalabilitas dan meringankan biaya transaksi di jaringan Ethereum. Ethereum dikenal sangat mahal, dan Solana sebaliknya. Selain sangat cepat, Solana juga menawarkan biaya yang sangat rendah.
- Kapitalisasi Pasar
Ethereum dikenal memiliki kapitalisasi pasar terbesar kedua di antara semua cryptocurrency. Solana jauh di belakang Ethereum dalam hal ini. Namun hal ini wajar, karena Solana baru masuk pasar di tahun 2020, dan membutuhkan waktu untuk mencapai tingkat kapitalisasi pasar seperti Ethereum.
2. Fitur Solana
Selain transaksi yang cepat dan biaya transaksi yang murah, Solana juga memiliki fitur yang membuatnya lebih menonjol dibanding pesaingnya, yaitu:
- Peningkatan Kecepatan Transaksi
Solana menggunakan Byzantine Fault Tolerance (BFT), yaitu versi improvisasi dari pBFT (practical Byzantine Fault Tolerance), yang berfungsi menghilangkan kebutuhan node untuk berkomunikasi satu sama lain secara real-time, sehingga meningkatkan efisiensi secara keseluruhan.
Selain itu, Solana juga memanfaatkan Gulf Stream, yaitu standar penerusan transaksi tanpa mempool yang mendorong transaksi ke tepi jaringan. Sehingga memungkinkan validator jaringan untuk melakukan transaksi lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Cara ini memungkinkan jaringan untuk memproses lebih dari 50.000 TPS.
- Peningkatan Skalabilitas
Solana tidak membutuhkan solusi Layer-2 untuk meningkatkan penskalaan. Solana memiliki komponen kunci untuk meningkatkan skalabilitas dengan protokol propagasi blok Turbine, yang membantu memecah data menjadi fragmen yang lebih kecil untuk lebih mudah ditransfer ke seluruh jaringan.
3. Fitur Ethereum
Sebagai blockchain dengan ekosistem terbesar, Ethereum juga memiliki fitur yang membuatnya bertahan hingga saat ini.
- Teknologi
Ethereum adalah bukti implementasi dan gabungan teknologi yang sesungguhnya. Ethereum mendukung variasi dalam programabilitas dan memfasilitasi pembuatan smart contract. Ethereum menggunakan Solidity sebagai bahasa pemrograman dasarnya untuk mengkodekan (coding) smart contract.
Ethereum adalah pionir pembuatan smart contract on-chain terdesentralisasi.
- Penskalaan
Ethereum 1.0 dapat memproses sekitar 13-15 transaksi per detik, yang tidak menjadikannya sebagai blockchain tercepat. Ethereum mengatasi kendala skalabilitas dengan solusi penskalaan Layer-2 seperti sidechains, Plasma (Polygon), Validium dan Rollup (Optimism). Layer-2 juga mendukung jaringan multi-chain yang membantu meningkatkan skalabilitas tanpa mengorbankan keamanan. Contohnya adalah Polygon, yang merupakan jaringan multi-chain yang membantu menskalakan Ethereum.
- Non-Fungible Token (NFT)
Ethereum adalah salah satu protokol utama yang memanfaatkan teknologi untuk menciptakan koleksi langka secara digital, atau yang dikenal dengan NFT. NFT digunakan untuk berbagai tujuan, dan berhasil booming di tahun 2021.
NFT pertama yang mendapat perhatian besar di pasar kripto adalah CryptoKitties, yang menyebabkan kemacetan jaringan Ethereum pada saat itu.
- Stablecoin
Stablecoin adalah cryptocurrency yang dipatok ke salah satu mata uang fiat, seperti USD. Stablecoin dirancang untuk mengurangi sifat fluktuatif yang dimiliki sebagian besar cryptocurrency.
4. Ekosistem DeFi
Ethereum dan Solana merupakan blockchain dengan ekosistem yang sangat luas, meskipun Ethereum jauh lebih luas. Berikut adalah penjelasan seputar ekosistem DeFi di kedua blockchain ini.
- Ethereum
Ethereum sangat kaya dengan ekosistem DeFi. Kita bisa mulai dengan Uniswap dan SushiSwap, yang telah menjadi pilihan banyak trader dan investor kripto untuk menukarkan koin mereka. Selain itu juga ada Compound, salah satu pendorong utama ledakan DeFi di tahun 2020.
Ethereum juga dipenuhi oleh DApps, seperti berbagai proyek NFT yang sempat menguasai pasar di tahun 2021.
- Solana
Meskipun ekosistem Solana tidak sepadat Ethereum, namun ekosistem mereka sangat berkembang pesat. Solana bisa disebut sebagai proyek blockchain yang sukses di usia muda. Solana berhasil meraup $12 miliar TVL di semua DApps-nya.
Salah satu DApp terbesar di Solana adalah Raydium, yaitu order book AMM on-chain yang membantu pengguna melakukan trading. Sejak diluncurkan pada April 2021, Raydium telah mengumpulkan lebih dari 1,8 miliar.
Eksosistem Solana masih akan terus berkembang, mengingat blockchain ini masih baru di pasar. Ada sejumlah faktor yang meningkatkan jumlah pengguna Solana, salah satunya adalah Mango Markets, yaitu bursa terdesentralisasi untuk perdagangan leverage. TVL Mango Market berhasil naik dari $28 juta ke $130 juta dalam kurun waktu kurang dari sebulan.
Itulah sejumlah perbedaan dan fitur-fitur yang dimiliki Ethereum dan Solana. Jika Anda masih bertanya blockchain mana yang lebih baik, maka Anda harus membuat pertanyaan yang lebih spesifik.
Jika Anda menginginkan blockchain yang lebih skalabel dan murah, maka Solana adalah yang terbaik. Namun jika Anda bertanya tentang siapa yang terbaik dalam hal transparansi dan ekosistem, maka tidak diragukan, Ethereum adalah jawabannya.