Komunitas kripto mulai mempertanyakan apakah Bitcoin benar-benar bersifat fungible. Keraguan tersebut datang setelah pemerintah Rusia dan Kanada memberikan sanksi terhadap alamat Bitcoin tertentu. Dalam hal ini, fungible memiliki makna dapat dipertukarkan (interchangeable) layaknya uang yang tidak akan mempengaruhi nilainya.
Fungible telah menjadi nilai jual yang signifikan untuk Bitcoin. Ini merupakan karakteristik penting dari simpanan nilai yang bertahan lama sepanjang sejarah. Kualitas lainnya termasuk portabilitas, daya tahan, keterbagian, kelangkaan, dan keterverifikasian.
Layaknya emas, Bitcoin merupakan aset bearer. Bitcoin fungible dan tahan sensor dalam jaringannya. Namun, dompet yang dikenai sanksi akan mengalami hambatan saat menyimpan BTC dengan kustodian yang mematuhi regulasi.
Dalam konteks penyedia layanan di luar jaringan seperti Coinbase, kelayakan Bitcoin yang ‘sempurna’ dinilai terlalu berlebihan. Perusahaan analisis blockchain independen terbesar, Chainalysis baru-baru ini memperkenalkan API untuk bursa kripto. Hal ini bertujuan untuk memeriksa setoran aset digital terhadap daftar dompet yang dikenai sanksi.
Baca juga Peningkatan Harga Bitcoin di Asia dan Terpilihnya Presiden Korea Selatan yang Pro-Kripto
Mengingat Chainalysis dapat dengan mudah melacak transaksi Bitcoin, Washington DC Brookings merekomendasikan agar regulator fokus pada cryptocurrency lainnya, seperti Monero dan Zcash yang merupakan koin privasi. Dengan adanya tekanan dari regulator, bursa Bittrex telah menghilangkan Monero dan Zcash dari daftar pasar. Bahkan, IRS menawarkan imbalan untuk memecahkan mekanisme kripto privasi ini.
Regulasi mengharuskan lembaga keuangan untuk menerapkan protokol know-your-customer dan anti pencucian uang (KYC/AML), serta meneruskan rincian transaksi tertentu. Undang-undang AS mengharuskan sebagian besar lembaga keuangan untuk melaporkan setoran dan penarikan senilai lebih dari $10.000. Tuntutan pelaporan ini menyebabkan orang-orang seperti Edward Snowden mengungkapkan keprihatinan terkait pengawasan jaringan terhadap kehidupan warga negara.
Aplikasi yang sepenuhnya terdesentralisasi seperti bursa terdesentralisasi mungkin juga melakukan penolakan untuk mengimplementasikan alat baru Chainalysis. Hal ini karena penentangan pihak tersebut yang berkelanjutan terhadap regulator yang mendukung hak privasi.
Salah satunya adalah ShapeShift yang kemudian menjadi bursa terdesentralisasi. Setelah dioperasikan secara terpusat, ShapeShift kembali ke operasi yang lebih privat untuk menghindari persyaratan KYC/AML. Tentu saja, hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak diinginkan oleh lembaga penegak hukum.
Sumber: Protos