Hamas, kelompok militan Palestina yang beroperasi di Jalur Gaza di bawah penguasaan Hamas, dilaporkan telah menerima sejumlah dana sebesar $93 juta melalui pertukaran mata uang kripto Rusia yang dikenal sebagai Garantex, seperti yang diungkapkan oleh Wall Street Journal (WSJ).
Perusahaan ini, yang asalnya terdaftar di Estonia tetapi berkantor pusat di Moskow, sebelumnya telah dikenai sanksi oleh Departemen Keuangan AS pada bulan April tahun 2022.
Sanksi ini merupakan bagian dari upaya untuk mencegah Rusia mengelak dari pembatasan keuangan yang diberlakukan sebagai respons terhadap invasi mereka ke Ukraina.
Garantex, platform perdagangan mata uang kripto yang disebut-sebut, diduga telah memproses berbagai transaksi ilegal yang melibatkan kelompok ransomware Conti dan juga digunakan dalam aktivitas pasar gelap Hydra.
Selain itu, platform ini terlibat dalam pencucian uang terkait dengan skema piramida kripto terbesar di Rusia, Finiko, serta dalam pengumpulan dana untuk unit paramiliter sayap kanan Rusia yang dikenal sebagai Rusich.
Selain Jihad Islam, Hamas, gerakan politik dan militer Islam yang baru-baru ini melakukan serangan teroris terhadap Israel, juga diduga telah menggunakan skema pendanaan serupa.
Mereka memanfaatkan metode ini untuk menyembunyikan transaksi mereka dan menghindari sanksi yang dikenakan oleh pihak berwenang, sebagaimana yang disampaikan oleh para sumber yang diwawancarai dalam laporan tersebut.
Baca Juga : Ferrari Telah Menerima Pembayaran Kripto di AS
Kasus ini menyoroti kompleksitas masalah yang melibatkan mata uang kripto dalam perdagangan dan pendanaan organisasi-organisasi ekstremis di seluruh dunia.
Pemerintah dan lembaga berwenang terus berupaya untuk mengatasi tantangan ini dan mencegah penyalahgunaan mata uang kripto untuk tujuan ilegal.
Upaya koordinasi internasional menjadi kunci dalam menghadapi tantangan ini, dengan negara-negara bekerja sama untuk mengidentifikasi dan menghentikan aliran dana ilegal yang mendukung aktivitas ekstremis.
Sementara mata uang kripto memberikan fleksibilitas, mereka juga memunculkan risiko baru yang harus diatasi oleh komunitas global. [RH]