Headlines

Inilah Lima Wanita yang Menggunakan Kripto untuk Membuat Perubahan

Illust : Inilah Lima Wanita yang Menggunakan Kripto untuk Membuat Perubahan

Beberapa tahun belakangan ini semakin banyak wanita menyentuh dunia kripto, memberi dampak besar kepada sektor ini dan komunitas yang terlibat. Walaupun masih ada ketidakseimbangan peran antara kaum wanita dan kaum pria ruang kripto, tetapi itu tidak menghentikan para wanita untuk menggunakan teknologi blockchain dan cryptocurrency untuk membuat perubahan di dunia ini.

Inilah lima wanita inspiratif yang telah mengubah dunia dengan menggunakan kripto.

Tavonia Evans

Tavonia Evans adalah pendiri sekaligus insinyur utama Guapcoin. Evans mengungkapkan bahwa ia menciptakan Guapcoin tersebut untuk membantu menutupi kesenjangan kekayaan dan mendukung bisnis milik orang kulit hitam di Amerika Serikat.

“Kami telah memasukkan ratusan wanita kulit berwarna (women of color) ke ruang Masternode,” jelas Evans dalam sebuah wawancara. Masternode merupakan hub yang mengatur di beberapa jaringan cryptocurrency dan berperan dalam rantai blok tertentu, pada saat validasi transaksi. Kaum pria masih mendominasi ruang ini, menurut perndiri Guapcoin tersebut.

Baca juga Trading di Bitfinex, Exchange Kripto dengan Leverage Hingga 10 Kali

Node GUAP saat ini 70% dimiliki oleh wanita kulit berwarna. “Kami telah merangsang kesadaran tentang kripto di antara populasi dengan akses serta pendidikan dalam kripto dan keuangan. Kami terus melakukannya,” ucap Evans. Pada tahun 2021, perusahaan Guapcoin berhasil meluncurkan proyek ‘brick-and-mortar’ perdana dan meluncurkan wrapped xGUAP di Binance Smart Chain.

Maliha Abidi

Maliha Abidi adalah seorang penulis keturunan Pakistan-Amerika dan senimal visual. Karya-karya ciptaan Abidi telah diakui secara internasional.

Dalam pengaruhnya untuk ruang kripto, Abidi mendirikan ‘Women Rise NFTs’ tahun lalu dan mewadahi 10.000 NFT yang mewakili para wanita dari seluruh dunia termasuk mereka yang dari kalangan aktivis, seniman, ilmuan, dan pembuat kode.

Koleksi Malahi Abidi telah ditampilkan di halaman depan Rarible dan di DCentral Miami. Abidi juga memiliki residensi seniman selama Art Basel di Miami.

Wanita ini menerangkan bahwa sudah ada 2.350 NFT dari koleksinya telah terjual kepada 1.200 pembeli unik, ada pun nama-nama besar sebagai pembeli NFT tersebut seperti Randi Zuckerberg dan Gary Vee. Abadi mentotalkan hasil menjualan ribuan NFT itu mencapai 150 Ethereum (ETH) atau sekitar $591.000, keuntungan sebesar 10% akan disumbangkan ke badan amal yang mendukung wanita dan anak-anak.

Seniman ini menceritakan bahwa ia kelak akan mendirikan sekolah metaverse pertama di dunia bagi anak-anak di seluruh dunia.

Jen Greyson

Jen Greyson adalah advokat pemberdayaan perempuan melalui cryptocurrency dan Greyson termasuk anggota dewan Kerala Blockchain Academy (KBA) di India.

KBA merupakan lembaga akademis yang melatih wanita mengenai STEM dan blockchain untuk menjadi pemimpin unggulan di bidang tersebut. Tahun lalu, Greyson telah menyelenggarakan kursus mengenai blockchain, dua di antaranya adalah program dasar gratis. KBA melatih hampir 7.000 siswa sejak tahun lalu, lebih dari 6.000 siswa mendaftar ke program yayasan dalam waktu kurang dari empat bulan.

“Program pelatihan blockchain bertujuan untuk membekali para pemula dan individu dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan,” jelas Greyson mengenai elemen-elemen yang perlu diperhatikan di ruang blockchain.

KBA juga mengembangkan sistem penandatanganan dan verifikasi dokumen multi-pihak bertenaga blockchain yang disebut Sign-A-Doc. Tahun lalu, lembaga akademis ini telah meluncurkan Immunochain, solusi keterlacakan vaksin, sebagai program kesehatan pemerintah di Kerala.

Roya Mahboob

Roya Mahboob adalah seorang aktivis yang telah diakui jasanya secara internasional, tetapi hal menonjol mengenai Mahboob adalah ia menjadi salah satu CEO wanita di bidang teknologi dari Afghanistan. Roya Mahboob terpaksa harus melarikan diri dari Afghanistan setelah Taliban mengambil alih kendali negara tersebut.

Mahboob adalah pendiri dan CEO Afghan Citadel Software Company (ACSC). Mayoritas pekerja perusahaan tersebut adalah kaum wanita, jelas Mahboob. Karena banyak wanita Afghanistan tidak dapat mengakses rekening bank tradisional, dia membayar karyawannya dalam Bitcoin.

“Jika anak muda bisa belajar tentang komputer, mereka bisa belajar tentang Bitcoin. Sekarang semua orang ingin belajar cara mengakses Bitcoin. Mereka perlu bertindak,” jelas wanita tersebut dalam salah satu wawancara.

Kegiatan Mahboob tidak sampai di situ, ia pula merupakan anggota dewan dan presiden Digital Citizen Fund (DCF), sebuah organisasi nirlaba yang bertujuan untuk mendidik anak perempuan dan perempuan dari negara berkembang tentang teknologi dan keuangan. Selain itu, ia kini adalah seorang dewan penasihat Forbes School of Business & Technology di Ashford University.

Alakanani Itireleng

Alakanani Itireleng atau akrab disebut ‘Bitcoin Lady’ adalah CEO Satoshi Centre, sebuah lembaga yang mendidik anggota komunitas mereka mengenai cara menghasilkan uang dari teknologi kripto dan blockchain. Satoshi Centre kini sedang dalam proses mengembangkan inkubator untuk perusahaan rintisan yang ingin berjejaring dengan sponsor dan mentor potensial.

Bitcoin Lady ini sempat mengkampanyekan untuk mengatur dan melegitimasi Bitcoin sebagai mata uang legal dan mengembangkan dompet kripto lokal yang dapat langsung terhubung ke ATM konvensional.

Itireleng berkata, “Saya merasa ada sesuatu tentang Bitcoin yang unik, yang berbeda dari uang kertas biasa. Saya selalu menyebutnya mata uang cinta.”

Sumber: https://cointelegraph.com/news/10-women-who-used-crypto-to-make-a-difference-in-2021