Headlines

Iran, Brasil, dan Saudi Menggeser Perdagangan ke Yuan China dalam Tren De-Dolarisasi

Iran, Brasil, dan Saudi Menggeser Perdagangan ke Yuan China dalam Tren De-Dolarisasi

Aleksei Mozhin, Direktur Eksekutif Dana Moneter Internasional (IMF) untuk Rusia, mengungkapkan pandangannya tentang tren de-dolarisasi global dalam sebuah wawancara dengan RIA Novosti pada Senin (26/06/2023).

Di lansir dari news.bitcoin.com, Mozhin berpendapat bahwa kebijakan dan tindakan pemerintah AS telah mendorong negara-negara di seluruh dunia untuk mencari alternatif selain dolar AS. Semakin banyak negara yang mulai menggunakan mata uang alternatif, terutama yuan China, dalam transaksi lintas batas.

“Terlihat jelas bahwa penduduk Iran, Brasil, dan Arab Saudi telah mengadopsi penggunaan mata uang yuan dalam kegiatan perdagangan, tidak hanya dengan Tiongkok, melainkan juga dengan negara lainnya.”  Ujarnya dalam wawancara itu.

Mozhin menyoroti dominasi yang lama dikuasai oleh dolar AS dalam ekonomi global yang disebabkan oleh kurangnya persaingan. Sebagian besar pemukiman internasional dan simpanan di seluruh dunia masih berdenominasi dalam dolar.

Baca Juga :CEO FTX Mengeluarkan Banyak Biaya Pemasaran demi Eksposur dan Peluang Perusahaan

Baru-baru ini, Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, mengakui bahwa penggunaan sanksi keuangan dapat merusak dominasi dolar AS. Senator AS, Rand Paul, juga memberikan peringatan bahwa kehegemonian USD sedang melemah.

“Saya yakin kebijakan diplomasi internasional kita memiliki keterkaitan dengan hal tersebut… Kita telah berhasil menjauhkan semua pihak yang bermusuhan dari kita dan semakin mendekatkan.”  Kata anggota Senator itu.

Mozhin memperkirakan adanya penurunan bertahap dalam dominasi dolar AS dalam waktu yang akan datang. Negara-negara seperti Iran, Brasil, dan Saudi telah mulai menggeser aktivitas perdagangan mereka dengan menggunakan yuan China sebagai upaya untuk diversifikasi mata uang dan mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS.

“Tentu saja, itu tidak akan berlangsung seketika, namun langkahnya sudah dicanangkan.”  Tambahnya.

Meskipun dolar AS masih memegang posisi dominan, adanya pergeseran ini dapat memiliki dampak signifikan terhadap sistem moneter dan keuangan global di masa depan. [RH]