Jumlah Bitcoin di bursa kripto telah turun drastis menjadi sekitar 2,3 juta dari level tertinggi sepanjang masa pada tahun 2020 yang sebesar 3,1 juta, dalam laporan Bitfinex. Pertumbuhan ‘Self custory wallet’ juga terlihat menurun, hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak penjualan daripada penyimpanan. Ada tanda-tanda bahwa sejumlah besar investor ritel yang mulai skeptis dan memutuskan berhenti dari industri kripto.
Hal tersebut tentunya merupakan tahun yang buruk bagi para investor. Harga Bitcoin telah anjlok sebesar 63%, sementara kapitalisasi pasar kripto secara keseluruhan telah kehilangan nilai sejumlah $1,63 triliun.
Runtuhnya bursa FTX tampaknya memberi efek domino berkepanjangan terhadap industri kripto. Bulan November mencatatkan adanya kerugian sebesar $10,16 miliar akibat investor dipaksa untuk keluar dari posisi jangka panjang.
“Ini bukan musim dingin kripto lagi, ini adalah pertumpahan darah, karena krisis FTX seperti domino yang menggulingkan begitu banyak perusahaan,” kata Linda Obi, seorang investor kripto di kota Lagos, Nigeria. ]
Baca Juga : Analis Ini Berpikir Bitcoin Akan Mencapai $5.000 di 2023
Bagi investor ritel kripto, kehilangan uang bukanlah hal yang baru. Sebuah studi dari Bank of International Settlements (BIS), yang dilakukan pada tahun 2015 sampai 2022, memperkirakan bahwa 73% hingga 81%adanya kemungkinan untuk kehilangan uang jika berinvestasi dalam industri kripto.
Peneliti BIS yang merupakan analisis data blockchain menemukan data bahwa pemegang bitcoin terbesar sering menjual aset mereka, sementara pemilik aset yang lebih kecil lebih dominan untuk menghasilkan keuntungan.
Sumber : www.thenews.com.