Metaverse mengandalkan teknologi ledger blockchain sebagai fondasinya. Dengan blockchain, metaverse dapat eksis tanpa pemilik formal. Sehingga memungkinkan setiap pengguna untuk membentuk realitas dunia digital. Sementara jaringan peer-to-peer (P2P) dinilai masuk akal secara teori, trilemma saat ini menghadirkan rintangan yang harus diatasi untuk membuat metaverse menjadi suatu hal yang nyata.
Dalam trilemma blockchain, komponen yang sering hilang dalam masa depan yang terdesentralisasi adalah skalabilitas. Tanpanya, transaksi akan melambat dan throughput berkurang. Masing-masing adalah aspek penting untuk pertumbuhan dan adopsi teknologi di masa depan.
Untuk mengatasi hambatan ini, diciptakanlah MetaHash yang merupakan jaringan generasi berikutnya dalam blockchain 4.0. Dengan teknologi ini, pengguna dapat mengakses platform untuk berbagi aset digital dan mengelola DApps. Lebih penting lagi berkaitan kemampuannya untuk mengoperasikan sub-rantai independen yang dilindungi oleh jaringan. Sub-rantai menghadirkan solusi hemat biaya untuk menjalankan MetaApp, dengan memastikan jaringan utama tidak kelebihan beban.
Baca juga Tidak Hanya dalam Industri, Teknologi Blockchain Memiliki Dampak Positif pada Kehidupan Sosial
Kemitraan aStake.io dan MetaHash bertujuan untuk memberikan solusi staking otomatis bagi mereka yang tidak memiliki latar belakang teknis. Sebelum diluncurkan, aStake menarik komitmen senilai lebih dari $10 juta untuk MHC staking. Saat ini, pelanggan aStake yang membeli koin MetaHash (MHC) selama presale akan menerima dompet dengan MHC yang terlibat dalam staking.
Melihat MetaHash secara lebih rinci, kecepatan, biaya transaksi, dan skalabilitas yang dihasilkan menjadi faktor penting bagi misi proyek. Saat mempertimbangkan komponen utama, kecepatan MetaHash dirancang untuk mengonfirmasi transaksi di node inti maksimal tiga detik. Hal ini menghasilkan lebih dari 5 miliar transaksi sehari, dengan setiap node menangani 100.000 transaksi per detik. Kecepatan tinggi ini dihasilkan dari algoritme machine learning untuk menentukan peran node dan distribusi jaringan.
Selain memenuhi permintaan konsumen yang meningkat, peningkatan transaksi juga memastikan jaringan memiliki biaya rendah. Hal ini mampu membantu dalam skalabilitas solusi. Dengan interoperabilitas blockchain yang mendasariniya, jembatan MetaHash menjadi yang terakhir mengaktifkan platform sebagai dasar metaverse. Sehingga pengguna dapat memperoleh manfaat dari integrasi dan interaksi yang lancar antara blockchain dan cryptocurrency di seluruh dunia digital.
Sumber: Cointelegraph