Seorang karyawan restoran dan seorang blogger bekerja di kota Goma, Republik Demokratik Kongo mengajari para pengungsi cara menggunakan Bitcoin. Para pengungsi itu adalah korban bencana letusan gunung berapi Nyiragong pada 22 Mei 2021 lalu.
Blogger Gloire Wanzavalere pergi ke lokasi pengungsian di Goma, ia menawarkan untuk memberikan Bitcoin kepada keluarga yang terpapar bencana. Dalam wawancaranya dengan TexhCrunch, Gloire menyampaikan bahwa sebagaian besar keluarga tersebut telah menjual beberapa barang yang berhasil mereka selamatkan. Oleh karena itu, mereka tidak memiliki dokumen penting untuk membuat rekening bank bahkan tidak bisa membeli telepon seluler.
Gloire lebih lanjut menjelaskan keadaan masyarakat di sana. Masyarakat kota Goma kehilangan segalanya, karena itu Gloire paham mengapa masyarakat sebagai korban bencana gunung meletus menjual barang-barang mereka untuk membeli makanan. Glorie mengungkapkan bahwa ia bersama rekan-rekannya memberi telepon seluler kepada mereka yang membutuhkan. Kala itu, ada empat orang sudah memiliki telepon seluler sendiri.
Baca juga Bitcoin telah Dinyatakan Haram oleh Majelis Ulama Indonesia
Kepada TechCrunch, Gloire mengatakan bahwa ia terinspirasi dari berita ekonomi sirkular Bitcoin Beach di El Salvador karena bukti bahwa orang miskin dapat menggunakan Bitcoin. Oleh karena itu, Gloire berinisiatif untuk membantu para pengungsi Goma, Kongo cara menggunakan Bitcoin karena baginya itu lebih bermakna dan membuahkan hasil dibandingkan dengan kampanye apa pun.
Gloire pula berbagi cerita mengenai ibunya yang memiliki sebuah toko kecil di Goma dan menerima Bitcoin sebagai salah satu transaksi pembayaran. Ibu Gloire menggunakan aplikasi Wallet of Satoshi dan Phoenix Wallet. Menceritakan kisah sang ibu berjualan menggunakan Bitcoin, Gloire Wanzavalere berkata:
“Karena dia sangat bersemangat dengan ide membantu orang dengan Bitcoin, dia mempertimbangkan opsi untuk membawa beberapa barang penting secara lebih dekat ke para pengungsi, sehingga mereka dapat membeli apa yang mereka butuhkan tanpa pergi terlalu jauh ke kota. Namun, hal ini adalah pertanyaan yang kompleks sebagian karena masalah keamanan.”
Kisah mengenai seorang karyawan restoran tidak lepas dari kisah perjalanan Gloire Wanzavalere untuk membatu warga Kongo mendapat akses Bitcoin. Juvin Kombi menyiapkan node Lightning Network untuk Jikofood Restaurant selama musim panas lalu. Node Lightning Network tersebut akan membantu Jikofood untuk menerima Bitcoin tanpa biaya transaksi yang tinggi.
Sejak September, node buatan Juvin Kombi telah berjalan dan restoran menerima pembayaran dengan Bitcoin melalui komputer restoran maupun ponsel pintar pribadi milik karyawan. Kombi mengungkapkan Muun Wallet dan Blue Wallet adalah pilihan mereka.
Kombi mengatakan bahwa proses pembelajaran dan peralihan ke sistem pembayaran dengan Bitcoin sangatlah panjang. Kendati demikian, Kombi dan pihak restoran berhasil menggunakan Bitcoin tanpa dukungan apa pun sebelum ini.
Ia menerangkan bahwa Bitcoin dan akses dompet digital mudah diatur karena hanya memerlukan koneksi internet yang cukup. Di akhir ceritanya dengan TechCrunch, Kombi mengatakan pihak ia dan Jikofood Restaurant sedang mempersiapkan BTCPay Server dalam waktu dekat ini.
Berdasarkan keterangan dari Kombi, hanya segelintir pelanggan restoran Jikofood yang menggunakan Bitcoin, termasuk para pengungsi pihak Gloire. Karyawan Jikofood mengharapkan pengetahuan mengenai Bitcoin sebagai salah satu opsi metode tabungan dan pembayaran semakin meluas di kalangan masyarakat Kongo.
Gloire berpendapat bahwa masyarakat Kongo sedang menderita karena tidak pernah memiliki mata uang yang stabil. Sebagai upaya, Gloire menulis banyak artikel membahas Bitcoin untuk masyarakat Afrika karena informasi mengenai aset digital ini dalam bahasa Prancis masih sangat minim.
Gloire menggalang dana untuk program grassroot dengan mengundang Bitcoiners dari luar Afrika untuk berpartisipasi dalam “Lightning Torch”. Melalui Twitter, ia mengundang partisipan untuk bergabung dengan rantai transaksi Lightning Network. Partisipan membagikan faktur dan mengirimkan sejumlah kecil Bitcoin untuk membayarnya ke pemegang faktur berikutnya dalam pertemuan virtual tersebut. Menurut laporan TechCrunch, CEO Twitter Jack Dorsey ikut serta dalam pertemuan itu di antara 18 orang yang hadir.
Dengan diselenggarakannya program grassroot “Lightning Torch”, Gloire berencana untuk mengedukasi para pengungsi kota Goma cara menjalankan node lightning seperti yang sudah diterapkan Jikofood Restauran. Dengan ini, Gloire berharap dapat memperluas perekonomian Goma dengan Bitcoin dan memberikan kekuatan finansial kepada usaha kesil, termasuk membuat rekening bank.
Sumber: https://bitcoinmagazine.com/culture/congolese-refugees-use-bitcoin-to-build-grassroots-economy