Sebagian besar pasar kripto telah mengalami peningkatan dalam 24 jam terakhir karena adanya optimisme terkait persetujuan ETF Bitcoin dan dominasi yang semakin kuat dari Bitcoin. Terutama, pada Selasa, 24 Oktober 2023 pukul 06.00 WIB, BlackRock telah berhasil mendaftarkan ETF Bitcoin Spot mereka di Lembaga Depositori dan Kliring AS (Depository Trust & Clearing Corporation, DTCC). Dengan ini, BlackRock akan menggunakan ticker IBTC saat bertransaksi.
Berdasarkan data dari coinmarketcap pada Rabu, 25 Oktober 2023 pagi, sejumlah aset seperti Bitcoin (BTC) telah mengalami kenaikan sebesar 19,89% dalam satu minggu terakhir. Saat ini, harga Bitcoin berada di sekitar $34.017 per koin atau setara dengan 539 juta rupiah (dengan asumsi nilai tukar Rp15.871 per dolar AS). Kondisi ini mencerminkan level harga tertinggi yang Bitcoin capai dalam 1,5 tahun terakhir.
Sementara Ethereum (ETH) menguat 14,56 persen sepekan, berada di level Rp 29 juta per koin. Selanjutnya, Binance coin (BNB) juga terapresiasi. Dalam 24 jam terakhir BNB meningkat 7,48 persen sepekan. Hal itu membuat BNB di level harga Rp 3,6 juta per koin.
Crypto Analyst Reku Afid Sugiono menjelaskan katalis utama kondisi ini adalah optimisme keputusan ETF Bitcoin terutama terhadap ARK Investment yang dijadwalkan pada 10 Januari 2024 mendatang dan terdaftarnya ticker pengajuan ETF Bitcoin Spot oleh BlackRock di DTCC.
Optimisme tersebut semakin menguat karena munculnya berbagai pendapat positif dari sejumlah kalangan di industri kripto lainnya seperti para analis dan investor Bitcoin terkenal juga turut meningkatkan antusiasme investor.
“Katalis tersebut kemudian meningkatkan euphoria dari investor ritel yang turut menganggap kondisi ini menarik. Sehingga diikuti oleh apresiasi harga Bitcoin hingga 14% sejak awal Oktober. Sebab, pelaku pasar menilai apabila SEC betul-betul menyetujui ETF Bitcoin Spot, terdapat potensi aliran dana ratusan miliar rupiah yang bisa meningkatkan pasar Bitcoin,” ujar Afid.
Melansir data CryptoQuant, Asset Under Management (AUM) perusahaan-perusahaan yang mengajukan ETF Bitcoin Spot seperti BlackRock, ARK Investment, dan Fidelity ini mencapai USD 15 triliun. Jika mereka memasukkan satu persen ke ETF ini, maka aliran dana yang berpotensi masuk ke pasar Bitcoin bisa mencapai USD 155 miliar.
Kendati demikian, Afid mengatakan investor tetap perlu memperhatikan sejumlah kondisi jangka pendek seperti keputusan suku bunga oleh The Fed yang akan dibahas di rapat FOMC pada 31 Oktober-1 November mendatang. “Apabila suku bunga dipertahankan, tren positif kenaikan harga Bitcoin berpotensi berlanjut. Namun apabila suku bunga dinaikkan, investor perlu bersiap menghadapi potensi koreksi pasar,” pungkasnya.
“Oleh karena itu, bagi investor jangka pendek yang sudah lebih dulu masuk ke pasar kripto, kenaikan harga ini bisa dioptimalkan untuk mengambil keuntungan. Sementara bagi investor baru dan jangka panjang, juga bisa memanfaatkan situasi untuk mengakumulasi aset kripto secara rutin selagi memantau kondisi pasar,” imbuh Afid.
Baca Juga : Bitcoin Melesat ke $35.000, Waspada Aksi Profit Taking!
Apa Dampaknya pada Halving 2024?
Afid melanjutkan, optimisme terhadap persetujuan ETF Spot ini memang mencatatkan kenaikan harga Bitcoin secara signifikan pada harga dan bisa mendorong partisipasi masif di masyarakat. Di satu sisi, hal tersebut tentu menjadi katalis positif menjelang halving 2024, namun investor juga perlu bersiap menghadapi potensi kondisi pasar kedepannya.
“Terlepas disetujui atau tidaknya ETF Spot ini, tetap akan ada kecenderungan harga mengalami koreksi menjelang halving. Penurunan harga terjadi sebelum Bitcoin mengalami kenaikan seperti yang terjadi secara historis di tahun-tahun sebelumnya. Ini disebabkan karena saat halving, Bitcoin membutuhkan sekitar 6 hingga 9 bulan untuk mengakumulasi asetnya,” ujar Afid.
Secara historis pada halving 2020 lalu yang jatuh di bulan Mei, harga Bitcoin mengalami penurunan 50 persen sehari sebelum halving dan turun 58 persen dua bulan sebelum halving. Selanjutnya, kenaikan mulai terjadi secara bertahap hingga puncaknya di bulan Desember. Berkaca dari data historis tersebut, halving 2024 mendatang berpotensi mengalami lonjakan harga pada 6 hingga 9 bulan setelahnya.
“Akan selalu ada tren yang berpotensi sebagai katalis di balik halving Bitcoin. Pada halving 2017, Initial Coin Offering (ICO) menjadi katalis di balik bull run Bitcoin. Kemudian pada tahun 2021, DeFi dan NFT menjadi faktor pendorong lonjakan harga. Di tahun 2024 mendatang, ETF Spot yang menawarkan variasi lain dalam berinvestasi Bitcoin, memang bisa menjadi pendorong peningkatan harga. Namun investor tetap perlu bijak dan bersiap menghadapi koreksi harga sebelum rally Bitcoin terjadi lagi. Diantaranya melalui diversifikasi ke aset kripto lainnya serta rutin memantau kondisi pasar seperti yang tersedia di Learning Hub Reku,” jelas Afid.