Headlines

Penjualan Seni Meroket hingga $2,7 Miliar

penjualan seni meroket

Penjualan Seni Meroket – Berdasarkan laporan tahunan Artprice yang dirilis di hari senin kemarin, pelelangan karya seni kontemporer meroket hingga ke level tertinggi sepanjang masa yaitu sebesar $2,7 miliar sejak tahun lalu. Pencapaian ini didorong oleh penjualan secara virtual serta kedatangan seni digital dalam bentuk NFT.”

Baca juga Aplikasi Context, untuk Mencari, Berbagi, Serta Melacak Pasar NFT

Jika melihat pada penjualan di tahun sebelumnya yang mengalami penurunan akibat krisis awal oleh situasi pandemi, terjadi peningkatan pesat pada penjualan pada periode Juni 2020 sampai Juni 2021 dimana para juru lelang mampu mengadopsi pendekatan secara online dengan cepat.

Melalui kata pengantarnya dalam laporan tersebut Thierry Ehrmann, CEO dari Artprice mengungkapkan, “Fotografi dan cetakan sangat sukses di lingkungan online baru ini dan pada tahun 2021, kami telah melihat kedatangan sensasional dari karya seni yang sepenuhnya tidak berwujud, NFT yang terkenal.”

NFT yang merupakan “token yang tidak dapat ditukarkan” memberikan peluang bagi orang banyak untuk membeli hak atas karya seni seperti gambar, animasi, bahkan tweet secara virtual.

Di bulan Maret, seorang seniman AS Beeple memilih untuk menjual NFT dari karya seni digitalnya “Everydays: The First 5,000 Days” dengan harga $69,3 juta pada seorang pengusaha blockchain asal India. Nominal tersebut adalah angka tertinggi ketiga yang telah diterima seorang seniman selama ini.

Christie menyatakan jika dari 22 juta orang, setidaknya 60 persen orang yang berusia di bawah 40 tahun telah masuk ke penjualan pada lelang public pertama NFT. NFT sendiri mendonasikan sepertiga dari hasil penjualan online dan 2% dari keseluruhan pasar seni.

Banksi, seorang seniman jalanan juga ikut masuk dalam pasar penjualan belum lama ini. Ia menjual NFT dari karyanya “Morons” yang menampilkan juru lelang dengan lukisan yang bertuliskan: “Saya tidak percaya Anda benar-benar membeli omong kosong ini.” Karya ini berhasil terjual dengan harga $380.000.

Meski demikian, Artprice mengungkapkan jika faktor utama yang lain dari perkembangan ini adalah munculnya pasar Asia, dimana Hong Kong berupaya untuk menjadi kota seni kontemporer kedua di dunia setelah New York.

China benar-benar berhasil mengalahkan AS untuk omset pelelangan, mereka mengambil 40% dari penjualan sementara Amerika yang memperoleh 32%. Sementara itu Inggris berada di posisi ketiga dengan angka 16%.

Sumber: https://www.arabnews.com/node/1941161/business-economy