Asian Development Bank (ADB) telah memulai proyek untuk menghubungkan bank-bank sentral di kawasan Asia Pasifik melalui teknologi blockchain. Hal tersebut bertujuan untuk membuat transaksi sekuritas lintas batas mereka lebih cepat dan lebih aman.
Pada 26 Januari, ADB mengatakan bahwa mereka bermitra dengan blockchain dan perusahaan teknologi ConsenSys, Fujitsu, R3, dan Soramitsu dalam proyek tersebut Bank sentral yang terlibat antara lain dari negara-negara ASEAN+3, Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Jepang, China, dan Korea Selatan.
Selain itu, proyek ini juga akan memeriksa interoperabilitas sistem dan kelayakan mata uang digital bank sentral di wilayah tersebut.
Terkait hal tersebut, ADB memberikan pernyataan, “transaksi surat berharga lintas batas di kawasan ASEAN+3 saat ini diproses melalui jaringan global kustodian dan bank koresponden yang melalui pusat-pusat global di Amerika Serikat dan Eropa. Sehingga penyelesaian transaksi intraregional di ASEAN+3 membutuhkan waktu setidaknya dua hari. Hal ini berkaitan dengan perbedaan waktu serta jam operasional yang bervariasi untuk pasar dalam zona waktu yang sama.
Baca juga Avalanche Asia Star Fund Menyalurkan Investasi Strategis kepada Kine Protocol Sebesar $20 Juta
Dengan menghubungkan lembaga-lembaga tersebut dalam jaringan blockchain, biaya transaksi dan risiko transaksi dapat dikurangi. Dalam hal ini, fase pertama proyek melibatkan perancangan jaringan, yang dijadwalkan selesai pada Maret tahun ini, Fase kedua adalah fase pembuatan prototipe yang dijadwalkan pada bulan April hingga Juni tahun 2022.
Proyek ini merupakan proyek terbaru yang melibatkan bank sentral dan teknologi blockchain. Pada September 2021, Bank of International Settlements (BIS) mengumumkan ‘Project Dunbar,’ yang akan menguji penggunaan mata uang digital yang dikeluarkan beberapa bank sentral guna menyelesaikan transaksi internasional.
Proyek ini juga mengeksplorasi pengembangan prototipe teknis menggunakan teknologi distributed ledger dari Corda R3 dan Kuorum ConsenSys. Untuk peserta, Dunbar Project berhasil menggandeng Reserve Bank of Australia, Central Bank of Malaysia, Monetary Authority of Singapore, dan South African Reserve Bank.
Proyek lain dari BIS adalah mBridge yang melibatkan prototipe mata uang digital dari Otoritas Moneter Hong Kong, Bank Thailand, Institut Mata Uang Digital Bank Rakyat China, dan Bank Sentral Uni Emirat Arab. Pihak-pihak tersebut menemukan bahwa platform yang sama mampu menyelesaikan transaksi internasional dan operasi valuta asing dalam hitungan detik. Hal ini berbeda dengan bank komersial yang membutuhkan waktu lebih untuk memproses transaksi.