Otoritas Moneter Singapura (MAS), bank sentral negara itu, mengeluarkan siaran pers minggu ini untuk menjawab beberapa pertanyaan dan kesalahpahaman yang muncul setelah bencana yang dialami FTX.com (FTX).
Bank sentral tersebut menjelaskan: “Kesalahpahaman pertama adalah bahwa terdapat kemungkinan untuk melindungi pengguna lokal yang berurusan dengan FTX. Padahal, MAS tidak dapat melakukan ini karena FTX tidak dilisensikan oleh MAS dan beroperasi di lepas pantai.”
MAS kemudian membenarkan bahwa mereka telah mengambil tindakan terhadap Binance, bukan FTX. Binance telah dimasukkan ke dalam Investor Alert List (IAL) bank sentral, sedangkan FTX tidak. Regulator tersebut mengklarifikasi bahwa meskipun Binance dan FTX tidak dilisensikan di sini, ada perbedaan yang jelas antara keduanya, yakni Binance secara aktif menargetkan pengguna di Singapura, sedangkan FTX tidak.
MAS memerintahkan Binance untuk berhenti memberikan layanan pembayaran kepada penduduk Singapura pada bulan September tahun lalu. Beberapa bulan kemudian, bursa kripto tersebut pun menutup layanan bursa mereka di negara tersebut.
Baca Juga : Surat Penangkapan dari Pengadilan Korea Selatan untuk Pendiri Terraform Do Kwon
Mereka pun menekankan bahwa “Binance sebenarnya menawarkan listing dalam dolar Singapura dan menerima mode pembayaran khusus Singapura seperti Paynow dan Paylah.” Namun, pihaknya menerima beberapa keluhan tentang Binance antara Januari dan Agustus 2021.
Terkait hal ini, MAS menjelaskan dengan lebih detail bahwa MAS menempatkan Binance di IAL karena telah memberikan layanan kepada pengguna Singapura tanpa lisensi.
Selanjutnya, atas rujukan MAS, Departemen Urusan Komersial memulai penyelidikan terhadap Binance untuk menemukan adanya kemungkinan pelanggaran Undang-Undang Layanan Pembayaran (PS Act). Di sisi lain, tidak ada alasan untuk menempatkan FTX di IAL karena tidak ada bukti bahwa mereka bertentangan dengan UU PS.
Sumber : news.bitcoin.com