Menurut hasil penelitian, pemuda amerika lebih paham dan lebih banyak dari mereka berinvestasi cryptocurrency secara signifikan di pasar aset digital dibandingkan kelompok usia yang lebih tua.
Bakkt, platform perdagangan cryptocurrency, mensurvei lebih dari 2.000 warga Amerika untuk mengeksplorasi alasan investor crypto memasuki industri aset digital dan hambatan terbesar di depan mereka. Survei ini juga mengungkapkan kelompok usia mana yang merasa paling percaya diri dalam hal investasi di sektor crypto.
Baca juga Dealroom: Investasi Crypto di Eropa Tembus Rekor Tertinggi €793 Juta pada Kuartal Keempat 2021
Responden servei ini, lebih khusus mereka yang berusia di bawah 29 tahun, adalah orang-orang yang paling banyak berinvestasi dalam Bitcoin dan Altcoin. Sesuai hasil survei yang menunjukkan bukti tersebut. Mereka juga tampak paling percaya diri dan memiliki pengetahuan banyak pengenai dunia crypto serta cara berinvestasi di sana. Sebaliknya, Orang di atas 60 tahun menunjukkan hampir tidak ada keinginan untuk berurusan di sektor aset sama sekali.
Membedakan hasil antara jenis kelamin, tercatat bahwa laki-laki lebih aktif dan memiliki pengetahuan mendalam akan cryptocurrency daripada perempuan. Misalnya, 46% peserta wanita berpikir satu-satunya cara untuk berinvestasi dalam Bitcoin adalah dengan membayar harga penuh koin, sementara persentase ini adalah 37% di antara pria.
Perlu juga disebutkan apa yang ingin dilakukan pemilik crypto dengan aset kepemilikan mereka. Responden dengan presentase 58% menjawab bahwa mereka ingin mempertahankannya untuk jangka panjang, kelompok ini disebut sebagai holder. Selanjutnya, responden dengan presentasi 43% berdiri di sudut yang berlawanan, mereka berencana untuk menjual aset mereka ketika sudah menghasilkan keuntungan jangka pendek.
Dari hasil survei demikian, sebagian besar investor hanya mencelupkan kaki mereka ke dunia crypto karena hanya 5% yang telah mengalokasikan lebih dari $1.000 di pasar, sementara 28% telah membeli token seharga $200 atau kurang.
Selain itu, para peserta yang tidak memiliki eksposur terhadap Bitcoin atau Altcoin memberikan alasan mereka untuk memiliki pendirian seperti itu. “Terlalu banyak volatilitas” menempati peringkat sebagai tantangan paling signifikan dengan 32%, sementara “Saya tidak tahu harus berinvestasi di mana” berada di urutan kedua dengan 24%. Namun, 32% dari non-investor mengakui bahwa mereka bersedia untuk mengikuti crypto dalam enam bulan ke depan.
Menurut penelitian lain, ekonomi terbesar di dunia adalah negara yang paling siap untuk berinvestasi di sektor crypto. Survei tersebut menggabungkan beberapa statistik seperti pencarian kripto tahunan Google per 100.000 orang, peningkatan permintaan kripto tahunan, dan jumlah ATM untuk menempatkan Amerika Serikat di posisi pertama dengan indeks 7,13 (dari 10). Siprus menduduki peringkat kedua dengan 6,47, sedangkan 5 negara teratas lainnya adalah Singapura (6,30), Hong Kong (6,27), dan Inggris (6,06).