Ethereum, mata uang kripto asli yang dikenal dengan sebutan Ether (ETH), saat ini menghadapi situasi sulit dengan harga terendah dalam 15 bulan terakhir jika dibandingkan dengan Bitcoin (BTC).
Bahkan, ini merupakan level terendah sejak Ethereum beralih ke sistem proof-of-stake (PoS). Cointelegraph telah menganalisis lebih mendalam dan menemukan beberapa alasan yang mungkin mendasari penurunan berkelanjutan pada pasangan ETH/BTC.
Pertama, aksi harga historis Ether telah mengalami perubahan signifikan. Sebelumnya, Ethereum kerap berhasil melampaui kinerja Bitcoin ketika pasar kripto berada dalam tren bullish.
Namun, hubungan ini mulai berubah pada awal tahun 2023, yang menyebabkan penurunan harga ETH dibandingkan BTC.
Selanjutnya, dominasi Bitcoin terus meningkat, dan ini juga berpengaruh pada penurunan harga Ethereum. Saat dominasi Bitcoin semakin kuat, Ethereum mengalami tekanan yang lebih besar, mengurangi daya tariknya bagi para investor.
Ini memicu penurunan harga ETH dalam pasangan dengan BTC. Terakhir, harga Ethereum telah menembus di bawah level support kritisnya terhadap Bitcoin.
Pasangan ETH/BTC merosot tajam menjadi 0,050 BTC pada 23 Oktober dan sejak saat itu tetap berada dalam tren penurunan. Hal ini membuat investor semakin skeptis terhadap performa Ethereum dalam jangka pendek.
Baca Juga : Harta CEO Binance, Anjlok Rp 189,5 Miliar Akibat Penurunan Pasar Kripto
Dengan berbagai faktor ini bermain di pasar kripto, Ethereum harus mencari cara untuk mengatasi tantangan ini dan mempertahankan posisinya di ekosistem kripto yang semakin kompetitif.
Menghadapi penurunan harga yang signifikan dibandingkan dengan Bitcoin, tim pengembang Ethereum perlu berinovasi dan merencanakan perubahan strategi untuk membalikkan tren ini.
Seiring berjalannya waktu, langkah-langkah yang diambil oleh Ethereum akan menjadi penentu dalam upaya memperbaiki performanya dan menghadapi dominasi yang semakin kuat dari Bitcoin di pasar kripto. [RH]