Headlines

Wakil Menteri Keuangan AS Menepis Klaim Kripto Sebagai Pendanaan Teroris

Wakil Menteri Keuangan AS Menepis Klaim Kripto Sebagai Pendanaan Teroris

Wakil Menteri Keuangan AS, Wally Adeyemo, baru-baru ini menegaskan pandangannya tentang peran kripto dalam pendanaan kelompok teroris, dengan mengatakan bahwa kripto sebenarnya tidak menjadi pilihan utama bagi organisasi-organisasi tersebut. 

Dia menekankan bahwa sebagian besar dari mereka masih lebih memilih untuk menggunakan sistem perbankan tradisional.

“Hari ini saya akan mengatakan bahwa … penggunaan kripto bukanlah sebagian besar cara pendanaan kelompok-kelompok ini,” ujar Adeyemo.

Pernyataan ini muncul sebagai tanggapan terhadap laporan WSJ yang mengklaim bahwa Hamas, kelompok teroris Palestina, berhasil mengumpulkan sejumlah besar dana dalam bentuk mata uang kripto. 

Wall Street Journal, telah melaporkan bahwa Hamas sukses mengumpulkan jutaan dolar melalui transaksi kripto. Namun, perusahaan analisis data blockchain, Elliptic, segera memberikan klarifikasi penting. 

Mereka menyatakan bahwa laporan media ini keliru dalam menginterpretasi data, dan sebenarnya tidak ada bukti yang cukup kuat menunjukkan bahwa Hamas telah menerima dana dalam jumlah besar melalui kripto.

Adeyemo pun menyoroti bahwa pemerintah Amerika Serikat telah mengambil langkah-langkah tegas untuk mencegah penggunaan kripto sebagai sumber pendanaan bagi kelompok teroris. 

Baca Juga : Elliptic : Tidak Ada Bukti Hamas Menerima Sumbangan Kripto yang Besar

“Mereka terus menggunakan sistem perbankan tradisional. Itu sebabnya kami terus bekerja sama dengan lembaga keuangan,” tegas Adeyemo.

Dia mencatat bahwa Departemen Keuangan AS saat ini sedang aktif mengejar para pencampur kripto, yang merupakan individu atau entitas yang mencoba untuk menyembunyikan jejak transaksi kripto terkait dengan aktivitas teroris.

Dengan demikian, pemerintah AS terus berupaya memantau dan mengatasi potensi penyalahgunaan kripto dalam pendanaan terorisme, sambil mengklarifikasi bahwa sistem perbankan konvensional masih menjadi pilihan utama bagi kelompok teroris dalam menjalankan kegiatan keuangan mereka. [RH]