Headlines

Web 3.0 Digadang-gadang akan Menjadi Tren Teknologi di Tahun 2022

Illust : Web 3.0 Digadang-gadang akan Menjadi Tren Teknologi di Tahun 2022

Tahun 2022 kemungkinan besar akan menjadi tahunnya Web 3.0. Banyak sekali kekurangan yang akhirnya ditemukan pada generasi kedua internet kita saat ini (Web 2.0). Web 2.0 menyimpan data para pengguna di repositori terpusat. Sehingga menghilangkan aspek desentralisasi yang masyarakat dunia saat ini impikan dapat diimplementasikan di seluruh aspek kehidupan, tidak terkecuali internet.

Pengguna internet saat ini menginginkan sebuah inovasi internet baru yang tidak hanya secara akurat mampu menafsirkan apa yang kita cari, tetapi benar-benar memahami semua yang kita utarakan, baik melalui teks, suara, atau jenis media lainnya. Sehingga, semua konten yang kita konsumsi lebih sesuai dengan apa yang sebenarnya kita ekspektasikan daripada sebelumnya. Percaya atau tidak, kita sedang berada di sebuah titik kritis fase baru dalam evolusi web. Sebagian pelopor awal menyebutnya sebagai Web 3.0.

Bisa dikatakan, telah ada beberapa aplikasi Web 3.0 tahap awal yang diciptakan saat ini di tahun 2022. Namun demikian, selama internet baru tersebut belum sepenuhnya diimplementasikan dalam infrastruktur web, maka potensinya juga belum dapat diamati secara maksimal. Akan tetapi, apa sebenarnya Web 3.0 itu, seperti apa tampilannya, dan bagaimana inovasi masif itu akan mengubah hidup kita di masa depan?

Baca juga Debank Berhasil Mengumpulkan Dana $25 Juta dari Sequoia China, Crypto.com, dan Circle untuk Perkembangan Web 3

Web 1.0 dianggap sebagai fase desentralisasi dari internet. Ia bersifat open protocol, di mana sebagian besar aktivitas online melibatkan navigasi ke halaman web statis individu. Di sisi lain, Web 2.0, yang ada dan kita gunakan sekarang, merupakan fase sentralisasi. Fase di mana sebagian besar komunikasi dan perdagangan terjadi pada platform tertutup yang dimiliki perusahaan besar seperti Google, Facebook, hingga Amazon.

Sebagaimana Coindesk mengungkapkan bahwa di Web 2.0, seseorang mungkin tidak hanya mengonsumsi konten, namun juga membuat konten sendiri dan mempublikasikannya di blog atau forum internet. Munculnya Facebook, Twitter, dan Instagram pada hakikatnya membawa tahap berbagi konten ke tingkat yang lebih efektif.

Hal yang disayangkan adalah menyadari bahwa perusahaan-perusahaan ini tunduk pada kontrol regulator pemerintah terpusat. Mengatasi masalah kritis tersebut, Web3 akan hadir dan dianggap bisa membebaskan dunia dari kendali monopoli oleh kontrol pusat itu. Platform dan aplikasi yang diciptakan di atas Web3 tidak akan menjadi milik gatekeeper tersentral, akan tetapi menjadi milik pengguna langsung.