Terdapat beberapa alasan terkait dengan pertumbuhan cryptocurrency dan blockchain yang terus meningkat. Diantaranya adalah keuntungan, efisiensi, kepercayaan, privasi, dan otonomi yang dapat dibuktikan dalam skala global.
Namun, argumen lain mengatakan bahwa minat terhadap cryptocurrency tidak lepas dari dorongan yang lebih mendasar dan emosional— intuisi mendalam yang telah meningkat di seluruh dunia selama beberapa dekade terakhir sehingga menimbulkan rasa ketidakpercayaan yang terus meningkat.
Bocornya dokumen dari firma hukum dan organisasi di seluruh dunia melalui rilis Pandora Papers pada 3 Oktober 2021 turut memvalidasi rasa ketidakpercayaan. International Consortium of Investigative Journalist melalui dokumen tersebut mengungkapkan 29.000 pemilik perusahaan lepas pantai yang menyembunyikan miliaran dolar asetnya dari pengawasan pajak.
Tokoh-tokoh yang terlibat berasal dari berbagai macam kalangan, termasuk pemimpin politik dan selebriti dari beberapa negara seperti Rusia, Inggris, Argentina.
Dalam beberapa kasus, money laundering seringkali dikaitkan dengan korupsi langsung dan secara nominal dianggap sebagai kegiatan legal. Namun, struktur semacam ini akan berdampak pada hilangnya pendapatan pajak yang mendorong hilangnya infrastruktur dan layanan publik sehingga mengorbankan masyarakat rentan.
Secara lebih rinci, Pandora Papers menjelaskan bahwa penyembunyian aset lintas batas merupakan bagian dari sistem shadow influence yang lebih besar dan kompleks tergantung pada kekuatan politik institusional dan kekayaan generasi. Contoh nyatanya adalah kasus dari Inggris terkait terungkapnya suap sebesar $220 juta kepada pemimpin Uzbekistan dengan pemerintah Partai Konservatif sebagai pendukung utama.
Ketika sistem perbankan global hanya memberikan kerahasiaannya kepada mereka yang paling kaya dan berkuasa, rasa superioritas dan pemisahan akan secara nyata diperkuat. Sehingga kripto menjadi alternatif untuk keluar dari sistem perbankan global yang bobrok.
Sumber:
